Begitu banyak candi-candi yang ada di Jawa Timur, berikut ini nama
beberapa candi yang wajib dikunjungi ketika berlibur ke Jawa Timur. Setiap
candi mempunyai relief yang menceritakan tentang kebudayaan-kebudayaan daerah
tersebut, sehingga antara satu candi dengan candi yang lain itu berbeda.
1.
Candi Badut
Candi Badut merupakan candi Hindu, terletak di Desa Dinoyo, sebelah barat-laut Malang. Di Desa Dinoyo ditemukan sebuah prasasti berangka tahun 760 M, berhuruf Kawi dan bahasa Sansekerta. Prasasti Dinoyo ini menceritakan bahwa pada abad ke-8 M ada sebuah kerajaan yang berpusat di Kanjuruhan (sekarang Desa Kanjuron) di Jawa Timur.
Rajanya bernama Dewa Singha, berputerakan Limwa. Limwa ini lalu menggantikan ayahnya menjadi raja dengan nama Gajahyana. Gajahyana kemudian mendirikan sebuah tempat pemujaan untuk Dewa Agastya. Patung Agastya ini dahulu terbuat dari kayu cendana, kemudian diganti dengan arca dari batu hitam. Peresmian arca tersebut dilakukan pada tahun 760 dan dipimpin oleh sejumlah pendeta Hindu.
Pada saat itu Raja Gajahyana menghadiahi para
pendeta sebidang tanah, binatang lembu, sejumlah budak atau pekerja, dan segala
keperluan untuk upaca keagamaan. Ia memerintah agar didirikan sejumlah bangunan
asrama untuk keperluan kaum brahmana dan tamu. Diperkirakan, bangunan asrama
tersebut salah satunya adalah Candi Badut ini. Namun, dalam candi ini tak
terdapat arca Agastya, melainkan sebuah lingga. Mungkin sekali lingga ini
sebagai lambang Agastya, yang memang selalu digambarkan sebagai Siwa dalam
wujud sebagai Batara Guru.
2.
Candi Kidal
Candi Kidal letaknya 7 km sebelah tenggara
Candi Jago, antara Malang dan Tumpang. Candi ini mulanya sebagai tempat
penyimpanan abu jenazah Anusapati Raja Singasari. Di dalamnya terdapat arca
Anusapati dalam wujud Dewa Siwa. Bangunan ini mulai berfungsi sebagai tempat
pemujaan dewa sekitar tahun 1248 M. Candi ini terbuat dari batu alam. Pada
candi Hindu setinggi 12, 5 m ini
terdapat pahatan cerita Garuda yang mencuri amarta, yaitu “air kehidupan”.
3.
Candi Jago
Candi Jago (Negarakretagama menyebutnya Candi
Jajaghu) merupakan candi Siwa-Budha (agama percampuran), disebut juga Candi
Tumpang karena terletak di Desa Tumpang, sebelah timur Malang. Candi ini
dibangun oleh Raja Kertanegara dari Singasari sebagai penghormatan terhadap
Wisnuwardhana, ayahnya. Arsitekturnya bersusun tiga (berundak) dengan tubuh
candi terletak di bagian belakang kaki candi.
Candi Jago dihiasi ornamen sangat mewah serta
gambar timbul (relief) yang melukiskan cerita-cerita binatang, cerita
Kunjarakanda, Arjuna, dan Kresna. Karakter tokoh-tokohnya yang tercetak di
reliefnya: berbadan bungkuk, berkepala besar; dikelilingi bunga-bungaan dan
tumbuh-tumbuhan; sikap kaki, bahu dan lengan yang tak biasa, menimbulkan kesan
seperti wayang. Pada gambar timbul tersebut, sering terdapat lukisan pekarangan
rumah dengan balai; seperti yang masih terdapat di Bali dewasa ini, yakni teras
(bertingkat) dari batu. Di atas teras terdapat empat tiang dengan sebuah atap
di atasnya. Antara teras dan atap terdapat lantai tempat duduk dari kayu.
4.
Candi Jawi (Jejawa)
Dalam Negarakretagama, candi ini disebut Candi
Jajawa dan dibuat oleh pada masa Kertanegara. Pada tahun 1331 candi ini pernah
tersambar petir. Candi ini tingginya 24m, bercorak Siwa-Budha. Selain patung
badan Siwa, ditemukan pula arca Ardanari, Brahma, Ganesha, Durga, dan Lembu
Nandi.
Di candi ini Kertanegara disucikan sebagai tiga
bentuk arca yang berbeda. Pertama sebagai Siwa sekaligus Budha dalam bentuk
Bhairawa sebagai lambang nirmanakaya; dalam bentuk Ardhanari sebagai lambang
sambhogakaya, dan dalam bentuk Jina sebagai lambang dharmakaya.
5.
Candi Singasari
Candi Singasari merupakan candi Siwa yang besar
dan tinggi, berada 10 km dari Malang, di sekitar ibukota Singasari dahulu.
Candi ini merupakan tempat pendarmaan Kertanegara yang digambarkan sebagai
Bhairawa (Kertanegara juga disucikan sebagai Siwa dan Buddha di Candi Jawi).
Bagian atas candi melambangkan puncak Mahameru, kediaman para dewa dalam
mitologi Hindu. Candi ini dibuat pada masa Hayam Wuruk Majapahit. Pintu candi
ini berhiaskan patung Kala (Dwarapala). Pada pintu dan tangga tidak terdapat
lagi makara, hanya motif yang serapa garis-garis dan salur-salur bunga.
Pengaruhnya gaya Candi Singasari terlihat sekali pada patung Bhairawa di Sungai
Langsat, Bukittinggi di kerajaan Minangkabau, Sumatera. Patung Ken Dedes di
candi Singasari ini digambarkan sebagai Dewi Prajnaparamita, dewi
kebijaksanaan.
6.
Kompleks Candi Panataran
Komplek Candi Panataran terletak 11 km dari
Blitar, tepatnya di Desa Panataran, Kecamatan Nglegok. Komplek ini didirikan
sejak pemerintahan Kediri, lalu banyak mengalami renovasi semasa pemerintahan
Majapahit. Bangunan utama (Candi Panataran) selesai semasa pemerintahan Hayam
Wuruk. Komplek ini semula dikelilingi tembok dengan gerbang masuk di sisi barat
namun kini tinggal sisa-sisanya, antara lain dua buah arca Dwarapala, yaitu
arca raksasa penjaga pintu candi.
Luas kompleks percandian 180 m x 60 m, terbagi
dalam tiga halaman. Pada halaman paling barat terdapat tiga bangunan utama,
yaitu yang ada di sudut barat laut, sebuah teras memanjang dari utara ke
selatan (di Bali disebut ”Bale Agung”); bangunan ke-2 adalah sebuah teras lain
biasa disebut Serambi teras” terdapat di tengah halaman dan berpahatkan angka
1297 Saka (1375 M); bangunan utama ke-3 ialah sebuah candi indah yang biasa
disebut ”Candi Angka Tahun”, karena di atas pintu masuk terdapat pahatan angka
1291 Saka (1369 Masehi). Candi utama ini yang dikenal sebagai Candi Panataran,
terdiri atas tiga tingkat. Pada dinding tingkat pertama candi utama ini
terpahat relief Ramayana: adegan Hanoman datang ke Alengka sebagai utusan Rama
hingga tewasnya Kumbakarna, adik Raja Alengka, Rahwana. Pada tingkat kedua
terdapat relief kisah Kresnayana, cerita Kresna muda mendapatkan Rukmini, calon
istrinya.
7.
Candi Rimbi
Candi ini terletak di Desa Pulosari, Jombang,
merupakan candi Hindu peninggalan Majapahit abad ke-14. Di dalamnya terdapat
arca Parwati yang diwujudkan sebagai Tribuwana Tunggadewi, ratu Majapahit yang
memerintah tahun 1328-1350. Arca ini kini disimpan di Museum Pusat di Jakarta.
8.
Candi Bajang Ratu
Candi ini sebetulnya merupakan gapura yang
terbuat dari batubata di daerah Trowulan, bekas ibukota Majapahit. Jadi bukan
tempat abu jenazah raja atau tempat pendarmaan. Gapura Bajang Ratu ini
berukiran dari atas sampai bawah. Jenis gapura ini tertutup, berbeda dengan
Waringin Lawang, sebuah gapura di daerah Trowulan juga yang termasuk Candi
Bentar. Melihat kelaziman di Bali, Candi Bentar adalah gapura masuk ke gugusan
keraton Majapahit. Sedangkan gapura tertutup ada di dalam gugusan keraton, maka
Bajang Ratu termasuk dalam keraton Majapahit atau gugusan sebuah tempat anggota
kerajaan. Menurut cerita setempat, gapura ini dilalui bangsawan Majapahit yang
lari ketika Majapahit diserang oleh pasukan Is lam dari Demak dan Kudus pada
tahun 1478. Menurut tradisi setempat, seorang pegawai negeri tak diperbolehkan
naik ke atas gapura, karena ia dapat terkena sial dan akan dipecat dari
jabatannya.
9.
Candi Sumber Awan
Candi Sumber Awan didirikan sebagai penghargaan
atas kunjungan Hayam Wuruk ke daerah di kaki Gunung Arjuna. Candi ini bercorak
Buddha dan dibangun setelah Candi Singasari selesai. Candi ini didirikan oleh
kaum Budhis sebagai penghargaan terhadap Hayam Wuruk yang Hindu dalam
menghormati agama Budha.
Credit: http://perpustakaancyber.blogspot.co.id/2013/02/daftar-nama-candi-candi-di-jawa-timur-corak-relief-hindu-budha.html
0 komentar:
Posting Komentar